Anatomi Buku

Oleh Yandri Novita Sari

Belum pukul 07.00 pagi, tiga unit odong-odong sudah berjejer di depan rumah. Suara bising musik selalu menjadi ciri khas odong-odong. Sopir juga menambahkan microfon agar suaranya juga lantang terdengar oleh penumpang.

"Sial!" gerutuku, sambil membuka pintu kamar. "Mengganggu ketenangan saja," ucapku dongkol. Suara bising volume speaker mengganggu pagiku. Terlihat di luar ramai anak SD mondar-mandir. Ada beberapa orang tua yang juga ikut menemani. Sepertinya mereka mau jalan-jalan. Jiwa travellingku meronta-ronta ingin ikut.

“Yank, tadi Uni Inur nitip anaknya ke kamu. Dia berhalangan pergi, ada keperluan katanya,” Ujar kakakku buru-buru berangkat ke sekolah.

"Maksudnya gimana kak,” teriakku sedikit keras, karena motor yang di kendarainya sudah melaju di depan pagar rumah.

“Uni Inur ada tuh ngirim pesan lewat WA. Kakak buru-buru ada Pelatihan Guru Merdeka belajar hari ini.” Ucap kakak sambil memperbaiki helm dan lihat kanan kiri memastikan jalanan aman.

“Jangan lupa cek WA ya, Yank,” tambahnya sambil tancap gas.

Segeraku cari hp yang di taruh di bawah bantal. Kebiasaanku kalau malam simpan hp di bawah bantal, tanpa getar dan dering sama sekali.

Pas aktifin data, layar hp langsung error tidak bisa di sentuh. Efek terlalu banyak pesan masuk via grup WhatsApp (WA). Duhh, notif via grup semua. Ku scroll sampai ke bawah, mencari siapa tau ada pesan dari someone. Ha ha ha. Jiwa haluku suka jail banget ngarep ada kiriman pesan dari someone.

“Yank, tidak ada kegiatan hari ini kan? Tolong dampingi anak uni ke Pantai Carocok ya! Ada acara perpisahan anak kelas 6 SD. Uni ada keperluan. Ada uang jajan dari uni 100 ribu,” pesan Uni Inur via WA.

“Oke, Uni,” respon WA ku singkat.

Tanganku segera meraih handuk di balik pintu. Tidak lupa isi baterai HP karena baterainya udah mulai lowbat. Sejak kapan yah aku jadi jasa tempat pentipan anak kecil. "Ahh sudahlah, lumayan jalan-jalan gratis. Plus uang jajan juga." Gumam ku sambil melangkah ke kamar mandi.

“Kak Ayank, ayo cepat kak! Sebentar lagi odong-odong berangkat kak!” seru anak kecil menggedor-gedor di balik pintu kamar. Suara itu sudah tidak asing lagi. Suara Naya, anaknya Uni Inur.

“Iya, sebentar. Lagi pasang jilbab,” jawabku mencari jarum pentul. Kalau tergesa-gesa jarum pentul suka sembunyi entah kemana.

Suara klakson odong-odong mulai rewel berbunyi. Sepertinya tinggal menungguku saja. Siapa suruh mengabari mendadak. Nggak tau apa aku super lelet. Mandi bisa habis waktu 15 menit. Itupun udah cepat. Belum lagi dandan. Yah meskipun yang ku tau cuma bedak tabur merek Marck dan lips balm dari SR12 doang.

Sesederhana itu gayaku. Sering diledek sama teman yang lain. Suruh pakai blush on, eye shadow, eyelinner, lips matte, dan sejenisnya. Bukannya tidak mampu beli. Hanya saja aku merasa agak aneh dan nggak pedean.

Nanti aja dandan serba cantik. Lagian kata Pak Ridwan Kamil di postingan akun instagram milik nya, cantik itu dari hati. Plus dari uang suami. Nah, kebetulan aku belum ada suami, jadi menganut prinsip cantik dari hati saja dulu. Ha ha ha. Postingan Pak Gubernur ada benarnya juga sih. Gumamku saat story IG beliau nongol pas tadi bangun tidur.

“Kak, ayo kak!” ucap anak Uni Inur yang udah mulai panikkan.

Krreeekk… Pintu kamar segera ku buka. Segera ku pasang sepatu sambil mencari tas yang ku gantung di samping lemari. "Tolong ambilin hp kakak disana dong, Nay!" Sahutku ke anak Uni Inur, sambil mengarahkan tangan ke arah sudut pintu.

Kami berdua segera menghampiri odong-odong. Salah satu alat transportasi yang sering di gunakan di kampung ku kalau lagi ada acara. Lumayan mobil bus yang desain terbuka. Dihiasi pernak-pernik dan warna yang mencolok. Bisa mengangkut 30 orang penumpang.

“Ayank, duduk disini,” panggil seseorang dari bangku belakang. Segeraku lirik kearah sumber suara sambil memegang tangan Naya, anak Uni Inur. Ternyata Rieka temanku waktu SD bersama putri kecilnya, kelas 4 SD. Setelah SMP Rieka tidak melanjutkan sekolah. Dia menikah dengan anak juragan sawit dari kampung tetangga.

Alhamdulillah ada teman seusia. Dari pada duduk dengan emak-emak. Bisa habis kena sindir karena belum menikah.

“Yank, bisa nulis ya? Sejak kapan suka menulis?” tanya Rieka saat aku baru saja duduk. Belum juga narik nafas pertanyaan Rieka sudah bertubi-tubi.

“Sejak dari TK, kan udah diajarkan nulis sama bu guru.” Kataku sambil bercanda dan merebahkan diri dibangku mobil.

“Aish, malah bercanda,” ujar Rieka sambil menepuk bahuku.

“Kan jawabanku nggak salah Rie. Tadi nanya bisa nulis kan? Ya dari TK lah. Ha ha ha,” jawabku dengan tawa.

“Maksudku tulisan yang sering kamu bagikan di story WA itu loh. Aku sering baca kalau kamu bagi linknya,” tatap Rieka dengan penasaran ke arahku.

“Oh itu, aku kan polos, jadi jawab sesuai pertanyaan,” candaku ke Rieka.

“Iiih, dasar. Emang dari dulu kamu nggak berubah-berubah ya, Yank,” ledek Rieka.

Power Rangers kali yang berubah-berubah,” balasku. Dan kami tertawa girang.

Mobil odong-odong melaju dengan dengan cepat. Perjalanan memakan waktu lebih kurang 2,5 jam ke Pantai Carocok. Salah satu destinasi wisata pantai yang ada di Sumatera Barat. Tepatnya di Kabupaten Pesisir Selatan.

Pukul 11.30 kami sampai di Pantai Carocok. Disuguhi dengan pemandangan menawan. Pasir putih dan air lautnya yang jernih sering dijadikan spot bermain oleh wisatawan, seperti Jetski, Flaying Fox, Banana Boat dan Donat Boat. Tidak hanya itu, panorama bawah lautnya juga tidak kalah indah. Bagi wisatawan yang suka Diving dan Snorkeling dapat menikmati keindahan bawah laut, dengan terumbu karang dan biaota laut yang yang masih terjaga keasliannya.

Pantai Carocok juga identik dengan jembatan yang berada di atas pantainya yang jernih. Jembatan ini terbentang dan terhubung dengan Pulau Batu Kereta. Wisatawan juga bisa menyeberang ke Pulau Cingkuak dengan menyewa perahu nelayan. Terdapat juga Masjid Terapung Samudera Illahi. Baru diresmikan Februari 2021 silam. Tak kalah menawan spot Paralayang di Bukit Langkisau. Semakin mempesona dengan panaroma sunset, saat matahari sore pulang ke paraduan. Silahkan searching di google yah.

“Kak Ayank, Naya main sama teman dulu ya kak,” ujar Naya sambil manarik bajuku.

“Iya, Nay. Hati-hati ya, kakak awasi dari sini sama Kak Rieka,” sahutku.

“Yank, itu gambar apa?” tanya Rieka sambil sambil menatap layar ponselku.

“Ini flyer belajar menulis untuk nanti malam, Rie,” jawabku

“Wah narasumbernya masih muda ya, Yank, cantik juga,” puji Rieka.

“Iya, nama beliau Ibu Theresia Sri Rahayu, S.Pd. SD,” jawabku.

“Eh itu moderatornya juga tak kalah cantik sepertinya, Yank. Masyaallah beliau juga pakai cadar. Ada keanggunan di balik cadar beliau ya, Yank,” tambah Rieka dengan kagum.

“Hi hi hi. Iya beliau hari ini perdana menjadi moderator di kelas menulis. Beliau Kak Arofiah Afifi. Kalau cantik mah jangan di tanya. Cantik plus baik.” Jawabku sambil mencek pesan grup yang sudah menumpuk.

"Masyaallah, narasumber dan moderatornya masih muda dan cantik, Yank,” ujar Rieka.

“Iya Rie. Beliau juga sudah menikah, semua yang tergabung ke dalam Tim Solid Om Jay ahli di bidangnya masing-masing dan prestasi menulisnya juga banyak Rie,” terangku dengan decak kagum.

“Temanya tentang Anatomi Buku ya, Yank? Kirain aku anatomi itu hanya ada di pelajaran IPA saja yang mempelajari susunan tubuh makhluk hidup. Ternyata anatomi buku juga ada,” canda Rieka sambil tertawa kecil.

“Bikin penasaran materi Anatomi Buku itu seperti apa, Yank. Kamu kabari aku nanti malam ya, aku mau dengar review materinya,” Oke jawab ku dengan senyum.

Singkat cerita, beberapa jam kami lalui di Pantai Carocok. Hingga sampai di rumah hari sudah Magrib. Segera ku berkemas, mandi dan siap-siap mengikuti belajar menulis pukul 19.00 WIB.

“Yank, jangan lupa ya pesanku pas di Pantai Carocok,” pesan masuk dari Rieka via WA.

“Ha ha ha iya, Rie, tapi bayar yah,” timpalku terkekeh.

“Aish, parah nih anak. Keturunan rentenir ya?” balas Rieka.

“Canda doang,” balasku singkat.

Kelas berlangsung selama satu jam. Tak lupaku kabari Rieka, supaya dia tidak gagal paham dengan anatomi buku. Rieka mengira anatomi hanya ada di pelajaran biologi IPA saja. Sepertinya dia tertarik dengan dunia menulis. Tapi pas diajak katanya belum siap. Aktifitas sebagai ibu rumah tangga sangat sibuk. Aku langsung mengirimkan pesan via WA ke Rieka.

“Jadi begini loh Rie, kalau ingin menjadi penulis, sangat penting mempelajari apa itu anatomi sebuah buku. Tidak hanya di pelajaran Biologi saja kita membahas anatomi atau bagian tubuh makhluk hidup. Ternyata naskah buku juga mempunyai anatomi. Sehingga layak disebut sebagai naskah buku,” jelasku pada Rieka.

“Oh begitu, lanjut, Yank,” desak Rieka.

“Kamu tau burger, nggak? Itu loh Krabby Petty yang ada di Film Spongebob. Nah, kita analogikan buku itu seperti burger. Agar tampilan buku menarik dan rasanya ciamik. Harus di pastikan bagian perbagiannya disusun sedemikian rupa. Komposisinya juga harus seimbang,” jelasku sambil mengirim foto burger agar Rieka lapar.

“Wah, paling bisa ni mancing rasa lapar. Berarti ada resep rahasia dong ya? Seperti Krabby Petty milik Tuan Krabs. Resep yang selalu diincar Plankton,” canda Rieka.

“Ha ha ha. Iya tapi tidak sepelit Tuan Krabs menyembunyikan resep rahasianya,” balasku dengan tertawa.

“Pada umumnya buku terdiri atas sampul, bagian awal (preliminaries), bagian isi (text matter), dan bagian akhir (post liminaries).” Tambah chatku sambil menyantap Pinukuik makanan khas Batang Kapeh. Akuu beli sepulang dari Cerocok tadi. Rasanya yang enak lumayan mengenyangkan perutku.

“Trus ada apa lagi, Yank,” chat WA Rieka kembali masuk.

“Bagian sampul memiliki tiga bagian, yaitu sampul depan, punggung buku dan sampul belakang. Kalau untuk bagian awal terdiri dari halaman Prancis, Undang-Undang Hak Cipta, judul utama, katalog, persembahan, daftar isi, kata pengantar dan prakata. Nah ini juga banyak bagiannya Rie,” balas chatku melayang cepat.

“Bagian isi, mulai dari pendahuluan, bab dan sub bab, tabel dan ilustrasi, sitiran/kutipan, serta penutup,” tambah balasan chatku.

Sepertinya Rieka menunggu jawabanku, terlihat pesan langsung dibaca dan centang langsung berubah menjadi biru. Dia tidak merespon apa-apa. Hanya menungguku yang masih mengetik pesan.

“Nah, bagian terakhir, terdiri dari lampiran, glosarium, catatan akhir/endnote, daftar pustaka dan indeks,” tambahku.

“Hmm… Terus apa manfaat kita mengetahui anatomi buku ini, Yank? tanya Rieka kembali kepadaku. Pertanyaan sangat bagus, gumamku.

“Manfaatnya supaya kita mengetahui bagian mana dari buku yang harus kita tulis, Rie. Kemudian kita juga punya pedoman bagaimana cara menulis buku.” Balasku sambil asik mengunyah Pinukuik yang rasanya membuat ketagihan.

“Seru juga ya kalau bisa membuat buku. Apalagi tahu bagaimana anatomi buku ya, Yank,” balas Rieka.

“Iya dong, apa lagi buku kita memberi kesan tersendiri kepada setiap pembacanya. Nah itu salah satu resep rahasia agar buku kita di kategorikan baik dan menarik loh, Rie. Plus orang lain akan tertarik membeli dan merekomendasikan buku kita.” Jelasku dengan sesekali mengintip grup wa yang sudah masuk sesi tanya jawab.

“He he he, langsung dapat resep rahasia nih,” balas Rieka.

“Pasti dong, cukup Tuan Krabs di Film Spongebob saja yang pelit, Hi hi hi,” candaku.

“Kamu bisa aja, Yank,” Rieka menanggapi.

“Rie, udah dulu ya, aku mau selesaikan resume dulu dan upload di blog,” segeraku lirik jam sudah hampir pukul 21.00.

“Oke deh, Yank, makasih ya sudah berbagi malam ini,” pesan WA Rieka kembali menanggapi.

“Sip. Sama-sama, aku tunggu ya kamu gabung. kata Mbak Icha, jangan takut belajar, adik balita pintar berjalan karena ia tidak takut jatuh. Sebab, ia yakin ada emaknya yang bakal nolongin.” Tutupku sambil mengutip pesan Mbak Icha yang membimbingku dalam belajar menulis fiksi.

 

“Kita tidak menulis untuk dipahami, tetapi untuk memahami”

(C. Day Lewis ) 

Pesisir Selatan, 22 Juni 2022

 

Yandri Novita Sari

Komentar

  1. Wow... keren Bun...ada cerita dibalik cerita...hee luar biasa

    BalasHapus
  2. Ini ni ... Resume yang wajib masuk nominasi terspektakuler

    BalasHapus
  3. Wah lengkap kapan, ku jung balik ya bun

    BalasHapus
  4. Wow.keren nih resume
    Lirik ke pak mazmo
    Punya saingan belaiu hehe

    BalasHapus
  5. Blog yang indah dan Kren ... Luar biasa. Resume juga cepat dan isinya mantap. semoga jadi buku setealh 20 resume minimal. saya siap bantu edit dan proses sampai di tangan penulisnya.

    BalasHapus
  6. Bagus bgt, mau tahu resep ngetiknya, kok bs secepat kilat, hehe

    BalasHapus
  7. Wah, keren ceritanya buk yandri

    BalasHapus
  8. Asiiik, resumenya dibikin cerpen mantaap

    BalasHapus
  9. Masya Allah de Yandri resumex betul2 kereeen, aku suka. Ditunggu episod berikutnya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Writing is My Passion

Rahasia Mudah Menulis Dan Menerbitkan Buku Untuk Berprestasi

Menulis Buku Dari Karya Ilmiah