Menguak Dapur Penerbit Mayor

     Oleh : Yandri Novita Sari

Aku pernah jadi pengecut

Lari dari kenyataan yang harusnya menuntut

Aku juga pernah jadi pengecut

Tidak berani ambil resiko yang terhadang di depan

Aku juga pernah jadi pengecut

Menghalalkan segala alasan

Agar terlihat aku tidak salah sama sekali

Dan aku juga pernah jadi pengecut

Takut melangkah dengan 1001 alibi

Ternyata aku si pengecut itu

Bukan kalian..

Tapi AKU

 

Selamat malam sobat blogger.

Kali ini saya mau mengulas materi dengan tema Menguak Dapur Penerbit Mayor bersama Bapak Edi S. Mulyanta, S.SI,., M.T. ditemani moderator yang sudah piawai Ibu Rosminiyati.

Jika kita bebicara dapur, tentu resep Crabby Patty terbuka lebar untuk kita dapatkan. Banyak ilmu yang didapat saat bergabung di Belajar Menulis. Banyak resep-resep yang secara gratis di sajikan. Kembali kepada diri masing-masing, mau atau tidak mengeksekekusi menjadi sajian yang layak untuk di nikmati.

Bapak Edi S. Mulyanta merupakan Manager Penerbit Andi Publisher. Beliau sudah hampir 20 tahun mengelola penerbitan buku. Tentu diajak ke dapur beliau salah satu hal yang sangat istimewa.

Pada dasarnya penerbit mayor mempunyai idealisme tersendiri. Penulis harus memperhitungkan matang-matang jika ingin mengusulkan buku ke penerbit mayor.

Pak Andi selaku Founder Pasar Buku Digital ebukune menuturkan, tema buku yang menjadi andalan Toko Buku saat ini adalah tema buku non teks, seperti Buku Anak, Buku Motivasi  dan Agama, Fiksi, hingga Buku Masak yang masih nangkring di 10 besar data buku terlaris di setiap toko buku di Indonesia.

Pada umumnya, konsep dasar pembiayaan dalam penerbitan buku adalah penerbit yang membiayai. Akan tetapi, yang terjadi dilapangan, banyak tulisan yang tidak sesuai visi dan misi penerbit. Alhasil buku tersebut gagal diterbitkan.

Namun, penerbit mayor memberikan skema lain dalam penerbitan. Misal dibiayai oleh penulisnya sendiri, CSR Perusahaan, Dana Penelitian Daerah, Dana Sekolah dan lain sebagainya.

Penerbit mayor mempunyai saluran pemasaran yang cukup banyak, atau disebut omni channel marketing. Tema buku yang menjadi primadona berkaitan dengan kurikulum baru yaitu Merdeka Belajar.

Adapun buku dengan omzet terbesar adalah buku teks pelajaran utama, karena pasarnya sangat besar seluruh sekolah di Indonesia. Proses seleksi dari pemerintah cukup ketat. Semua penerbit mempunyai peluang yang sama. “Penerbit yang misi dan visinya di buku pelajaran biasanya yang lebih siap,” jelas Publishing Consultant & E-Book Development Penerbit Andi tersebut

Pak Andi menambahkan, buku teks pendamping atau modul biasanya mempunya pasar yang lebih kecil, akan tetapi sangat fleksibel pola pemasarannya. Tidak mustahil buku ini juga mempunyai omzet yang cukup besar juga disalurkan di proyek-proyek pemerintah.  “Buku umum pasarnya paling kecil, karena outlet utama adalah di toko buku baik toko buku modern maupun tradisional,” tambah beliau yang pernah menjabat sebagai Staff EDP PT. Sanggar Film Semarang

Penerbit adalah lembaga yang mencari profit, dan mempunyai idealisme dalam menerbitkan bukunya sesuai dengan visi misinya. Penulis dapat mengikuti idealisme penerbit dalam menghasilkan buku yang akan dinikmati oleh pembacanya. “Kirimkan usulan penerbitan buku, supaya ide Anda dapat ditangkap penerbit dan disebarluaskan ke pembaca,” tutup beliau.

Semangat sobat blogger,  untuk menembus penerbit mayor memang butuh perjuangan yang berat dan harus gigih. Apalagi penulis pemula tentu nama kita belum terkenal. Bisa diatasi dengan menggandeng penulis senior. Jika ingin buku solo, sobat bisa  meminta kata pengantar dari penulis senior, tokoh masyarakat dan juga kalangan artis untuk mendongkrak pasar. 

Penulis pemula mempunyai peluang yang besar untuk jebol di penerbit mayor jika materi yang dimuat itu unik. So, berusahalah. Epictetus said, If you wish to be a writer, write. 

Jangan berhenti berjuang.

 

Jangan takut gagal saat bertumbuh, kejar dan wujudkan realita, jangan terperangkap dalam ekspektasi yang membuat nyaman

(Yandri Novita Sari)