DIBALIK TEMU (part 5)
Oleh Yandri Novita Sari
Tulisan Hari Kelima
Tantangan Lomba Menulis
Blog 10 Juni - 10 Juli
Menulislah Setiap Hari dan
Buktikan Apa yang Terjadi.
Yang belum membaca part 4 silahkan
klik disini yah.
TERSESAT
DI JALAN YANG BENAR
Pemilik nama Rania Hanum lulus di
prodi ketiga. Selain sastra Jepang pada prodi pertama, Rania meletakkan sastra
Inggris pada pilihan kedua, karena Rania sedikit banyaknya juga menyenangi
bahasa Inggris. Dan pilihan ketiga Dia bingung mau memilih sastra apa.
Tiba-tiba matanya tertuju pada sastra Arab, saat sedang asik me scrol down[1]dan scrol up[2]
prodi dan matanya tertuju kepada sastra Arab.
Tanpa pikir panjang Rania langsung
memilih dan mengambil salah satu Universitas Islam di Malang. Jurusan sastra
Jepang tidak berhasil dia raih. Pupus harapannya untuk bisa mendalami sastra
Jepang secara mendalam. Rania merasa tersesat pada jurusan yang tidak diminati.
“Kenapa murung dan tidak bersemangat
Nak?” Ibu Rania menatap heran
“Rania tidak diterima jurusan sastra
Jepang Bu, Rania lulus sastra Arab salah satu kampus Islam favorit di Malang
Bu, entahlah Bu, anakmu bingung. Antara sanggup dan tidak bisa melewati studi
di jurusan yang tidak pernah Rania pelajari sebelumnya,” Rania menyandar
tubuhnya dikursi rotan tempat Ibunya duduk.
“Ambillah Nak, jalani proses baru
mu. Bahasa Arab adalah bahasa yang paling mulia, bahkan Al-qur’an pun ditulis
dengan bahasa Arab, tidakkah tergerak hatimu untuk menjadi penjelajah baru di
dunia yang tidak pernah kamu geluti,” bujuk Ibu sambil
duduk di samping Rania
“Tapi Bu,,,, Ra...nia.....”
“Tapi apa sayang, bukankah di dalam
Al-Qur’an telah disebutkan Nak,
sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al-Qur’an ini setiap macam
perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran. (ialah) Al-Qur’an dalam bahasa Arab
yang tidak ada kebengkokan (didalamnya) supaya mereka bertakwa. Tertuang
dalam kalamullah surat Az Zumar : 27-28 Nak,” Tambah ibu
Rania mendengarkan baik-baik
nasehat Ibunya. Kalau masalah motivasi hidup Ibu dan Ayahnya mengalahkan Mario
Teguh.
“Semua berawal dari keputusan Nak.
Apa yang diputuskan hari ini menentukan hidupmu di depan nanti. Ambillah
keputusan yang baik,” Ayah Rania menyela pembicaraan Ibu dan anak di ruang
tamu.
Pikiran Rania melebur jadi satu,
antara berpaling dengan jurusan baru, dan mengikuti tes lagi. Atau mengikuti
keinginan orang tuanya. Karena pada hakikatnya kewajiban birrulwalidain
(kewajiban berbakti kepada kedua orang tua) adalah sebuah kewajiban yang harus
dilaksanakkan.
Rania membisu, segala sesuatu jika
orang tua ridho maka Allah juga akan ridho. Karena sejatinya ridho Rabb
terletak kepada ridho kedua orang tua. Keluarga yang berlatar belakang jauh
dari bangku pendidikan, membulatkan tekad gadis berambut lurus sebahu untuk
mengenyam pendidikan di kota dengan sebutan Paris
Van For East Java.
Selain itu Malang juga merupakan
kota pendidikan karena begitu banyak sekolah dan universitas. Biaya hidup yang
relatif lebih murah dibandingkan dengan kota besar lainnya dan udara yang
bersahabat menambah keyakinan Rania untuk melangkahkan kakinya untuk mengenyam
pendidikan disana.
“Nak, jangan pernah tinggalkan
salat. Karena salat adalah penerang dalam langkahmu. Saat Kamu shalat disitulah
Allah dekat denganmu mintalah pertolongan kepada Allah karena Dia adalah
sebaik-baiknya penolong,” pesan Ibu Rania dengan
berlinang air mata saat
melepas anaknya menuntut ilmu.
“Iya Bu, insyaalah Rania akan selalu
menjaga shalat, Ibu, Ayah, baik-baik aku hanya bisa menitipkan mu kepada Allah.
Semoga Allah selalu memberikan nikmat sehat kepada Ibu dan Ayah” ucap Rania
dengan pelukan erat dan suara sedikit terisak
“Jaga diri di rantau orang anakku.
Ibu Ayah dan saudara-saudaramu insyaallah baik-baik saja. Kami akan selalu
mendo’akanmu. Ucap Ayah Rania
Rania anak ketiga dari 5 bersaudara.
Mempunyai Uda (kakak laki-laki), Uni (kakak perempuan) dan dua adik laki-laki. Semuanya berkumpul
saat melepas Rania di rumah panggung beratapkan rumbia. Dinding papan menghiasi
rumah Rania. Baginya rumah adalah istana termegah. Disinilah bernaung keluarga
kecilnya, sederhana tapi kebahagian itu sempurna dia rasakan.
Rania bukan anak konglomerat,
Ayahnya bekerja serabutan. Membanting tulang di sawah orang. Ayahnya mempunyai
sawah 3 petak dan beberapa keramba ikan. Lumayan untuk makan anak - anak dan
isitrinya. Ibunya kadang juga ikut membantu Ayah menanam padi di sawah.
Meskipun pas - pasan tapi keluarga ini selalu hidup berkecukupan.
Tiiittttt...... Tiiiiittttt.....
Tiiititiittt
Suara klakson mobil Pak Bandaro,
sopir travel datang menjemput. Menandakan kehangatan keluarga itu akan
terpisahkan semestara waktu. Isakan tangis melepas anak perempuan ke negeri
seberang mulai terdengar. Rania memeluk dan menyalami semua anggota keluarga sambil
mengusap mata yang sedari tadi tak hentinya menangis.
“Hati - hati adikku, jaga dirimu
baik - baik,” tutur Uda
Rania memeluk erat
“Jangan ragu pada kemampuanmu
sayang” peluk sayang dari Uni mu
Air mata Rania jatuh saat melihat 2
adik kecil nya. Rania merangkul erat.
“Jaga Ibu dan Ayah baik-baik tentara
kecilku, jangan Nakal, bantu Ibu dan Ayah. Kalian berdua harus akur seperti
upin dan ipin. Nanti insyaallah kakak akan ajak kalian jalan-jalan di kota Malang. Belajar yang rajin sayang ku. Ukir prestasimu,” pesan Rania
sambil memeluk erat dan mencium kedua adiknya yang sedari
tadi tidak mau melepas pelukan dari kakaknya.
“Iya kakak sayang, betul betu
betul,” jawaban serentak adiknya
Mobil Pak Bandaro mulai melaju
perlahan. Rania melambaikan tangan tanda berpamitan. Dia menatap lamat-lamat
keluarganya. Air matanya jatuh membasahi pipi. Panaroma danau maninjau ikut
mengiringi perjalanan Rania. Tanah kelahirannya di salah satu jorong di
Kenagarian Tanjung Sani menjadi saksi perjalanannya. Hijaunya danau dihiasi
dengan kotak-kotak keramba ikan para nelayan membuatnya akan selalu rindu.
Perjalanannya menuju Bandara
Internasional Minangkabau memakan waktu kurang lebih 6 jam. Tak jauh dari rumah
Rania juga terdapat Museum Buya Hamka.
Kelok empat puluh empat dan di bawahnya terlihat danau maninjau seakan
membisu, sama bisunya dengan hati Rania yang sedang melaju meninggalkan kampung
halaman untuk untuk menimbah ilmu di negeri seberang.
Hamparan sawah yang ikut melambaikan
dedaunan hijau juga ikut melepas Rania, merayu bulir-bulir air mata Rania.
Pemandangan yang tidak akan dia lihat lagi beberapa waktu.
*****
Pesawat Lion Air meninggalkan Bandara Internasional
Minangkabau. Perjalanan memakan waktu beberapa jam untuk sampai di Bandara
Abdul Rachman Saleh
Ini pengalaman pertamanya naik pesawat. Dulu
dia hanya bisa melihat burung besi ini selalu melintas di atas danau dekat
rumahnya. Meninggalkan lukisan asap di langit. Membuat Rania pernah berfikiran
suatu saat dia bisa naik burung besi
dengan kaparan sayap
mampu menembus awas dan terbang di
bawah langit biru.
Rania menikmati terbang di antara awan-awan yang berlarian
manja. Melihat bongkahan-bongkahan awan lebih dekat. Sejenak pemandangan itu
mampu memalingkan hatinya. Menikmati perjalan udara membuatnya tidak mau
melewatkan kesempatan langka yang pertama kali dia rasakan.
“Nak, ambillah,”
Suara itu berasal dari sebelah kanan
tempat Rania duduk. Perempuan berusia 45 tahun menyodorkan sepotong brownies dengan taburan keju dan coklat
chip. Kelihatannya lezat untuk dinikmati. Kebetulan perutnya terasa sedikit
lapar.
“Terimaksih Bu, Aku tidak lapar”
Rania menolak sopan
Ibu itu tersenyum “Jangan sungkan
Nak, Ibu tau kamu pasti lapar. Ambillah, anggap ini tanda perkenalan kita”
Wanita memakai baju gamis merah
dengan kerudung instan berwarna hitam menatap Rania dengan tatapan seorang Ibu
kepada anak. Matanya memancarkan kebaikan dengan senyuman yang lembut membuat
Rania yakin perempuan di sampingnya adalah perempuan baik-baik.
“Baiklah Bu, terimakasih untuk brownisnya Bu, namaku Rania dari Maninjau, Sumatera Barat
hendak menuju ke Malang”
Rania mengulurkan tangan dan
bersalaman. Ibu tersebut dengan senang hati berkenalan dengan Rania.
*****
Pesawat Lion Air
mendarat mulus dibandara Abdul Rachman Saleh. Dia sedikit gugup dan cemas
ketika pesawat terbang mendarat di bandara. Rania mencoba menepis rasa
cemasnya. bergerak menuju lobi kedatangan dengan rasa percaya diri.
“Maaf Aku menjatuhkan kue di tanganmu”
ucap seorang dan segera memungut potongan brownies
yang jatuh di lantai.
Seseorng tanpa sengaja menyenggol
Rania, tangan lentiknya asik menggeliat di permungkaan layar gadget sehingga tidak sadar menjatuhkan
brownies pemberian Ibu Hasna.
Eitzzz…… Siapa yah yang menjatuhkan brownies Rania
Tunggu cerita dihari selanjutnya guys…
Selamat Membaca..... ππ
Terimakasih sudah berkunjung ππ
Waah Rania punya motivator terbaik nih
BalasHapusAyok tetap semangat.
Di rantau pasti Rania akan mendapat banyak pengalaman hehe
Hehehe iyaa kakak.. .π
HapusKeren...kisahnya sangat menginspirasi. Salam sehat dan sukses...
BalasHapusMakasih emak ku sudah berkunjung
HapusJoss Bu Yandri, bakat menulisnya luar biasa π
BalasHapusHihi ummi athiyah juga bgtu..
HapusAnak Minang pergi merantau. Semoga calon imam di masa depan Rania yang menjatuhkan brownis itu. Hmm ... aku suka ... aku suka ...
BalasHapusasiiikk ... makasih ibu kuπ
HapusMantap cerita bersambung dan mudah2 jadi buku solo yah Bu π
BalasHapusSmoga pak.. Aamiin
HapusHayoo... Siapa yoo.... Kenalan ya... Mantab.. Lanjut
BalasHapusHayo siapa yaa.. Makasih ibu kuπ
HapusPasti pak guru Danur ... Betulkan? mbak Yandri ... π€£π€£π€£
BalasHapusHihi mari kita tunggu sama2 bu there ku π
HapusAlhamdulillah keren
BalasHapusHihi makaciih eck π
HapusAnakku juga lulusan Sastra Arab UI, Rania.. Ilmunya sangat bermanfaat. Semangat, Rania..
BalasHapusWis kereen bgt kak
HapusSelalu ngak tuntas menghadapi perpisahan, ntah kenapa. Selalu ada iris duka bila harus berhadapan dengan perpisahan....apalagi bila itu dikemas dengan cantik dalam balutan aksara. Duh...Rania, ketika harus meninggalkan haribaan, tak ada kata surut dalam melangkah...lho koq,hehe
BalasHapusHihi unii ku..☺☺
HapusKeren sekali ibu.... Sangat menginspirasi
BalasHapusTrimakasih sudah berkunjung ibu kuππ
HapusRania. Rania.. kutunggu Dikau diajak mbak Yandri.. Keren
BalasHapusasiyaap ibu menik kuπ
HapusKeren... Rania kutunggu Dikau sama m Yandri
BalasHapusNovel syahdu nih
BalasHapusAamiin bu guru..π
HapusDitunggu kisah-kisah kelanjutannya. Pasti seru, deh...
BalasHapusSiap pak.. Segeraπ
HapusMasya Allah kereen tersesat dalam bahasa surga dan akan menjadi wasilah menuju surga. Lanjutkaaan kisah yang sangat menarik dan inspiratif calon penulis hebat ππ
BalasHapustrimakasih sudah berkunjung sensei maesaπ
HapusPenulis masa depan. kereeen lanjutkan dek
BalasHapusMakaciih kakakπ
Hapus