Digitalisasi Gerakan Literasi di Sekolah

     Oleh Yandri Novita Sari

Pada era yang serba digitalisai semakin memudakan orang-orang dalam mengakses informasi. Teknologi informasi dengan kekuatan nirwaktu dan nirbatas wilayah telah menjadi suatu kebutuhan bagi khalayak ramai.

Perubahan kemajuan IPTEKS tidak dapat dielakkan. Mau tidak mau dan suka tidak suka perubahan itu nyata di depan mata. Coba perhatikan apa yang tidak tersentuh digitalisasi. Bahkan membeli minyak gorengpun sudah sistem digitalisasi.

Dunia pendidikan juga tidak luput dari digiitalisasi. Salah satunya digitalisasi gerakan literasi disekolah. Berbicara mengenai Gerakan Literasi di Sekolah (GLS) sudah digaungkan oleh pemerintah sejak 2015. Merujuk berdasarkan Permendikbud Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti sebagai upaya yang dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik.

Digitalisasi Gerakan Literasi di Sekolah akan dibahas oleh narasumber Bapak Bambang Purwanto bersama moderator Bapak Muliadi. Tema terakhir di Pelatihan Menulis.

Menurut Pak Bambang, salah satu kegiatan yang paling sering beliau lakukan disekolah adalah kegiatan membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Kegiatan GLS sudah digalakkan sejak tahun 2016 hingga sekarang.

Tujuan umum dari GLS untuk menumbuh kembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Mendapatkan Anugrah Widya Pratama pada tahun 2019 sebagai penggiat literasi oleh Dinas Pendidikan Kota Bandung, Mr. Bams menjekaskan bahwa tahap pelaksanaan kegiatan literasi disekolah terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1.      Penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca (Permendikbud No. 23 Tahun 2015)

2.      Meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan.

3.      Meningkatkan kemampuan literasi disemua mata pelajaran, menggunakan buku pengayaan dan strategi membaca di semua mata pelajaran.

Dalam melakukan kegiatan literasi disekolah, dimulai dari pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di ekosistem sekolah, lalu pengembangan minat baca untuk meningkatkan kemampuan literasi, serta pelaksaan pembelajaran berbasis literasi.

Salah satu contoh kegiatan literasi yang di lakukan Mr. Bams di SMP Taruna Bakti adalah sebagai berikut:

1.      Senin membaca Kitab Suci,

2.      Selasa sampai Rabu membaca buku yang disuka oleh siswa

3.      Kamis, pembacaan cerita oleh Bapak dan Ibu guru.

4.      Jum’at, curhat siswa.

Kegiatan diatas tidak terlepas dari digitalisasi, yaitu dengan mendokumentasikan kegiatan tersebut secara digital melalui website.

Tidak tanggung-tanggung, usaha yang dilakukan Mr. Bams dan rekan-rekannya, menobatkan SMP Taruna Bakti keluar menjadi juara utama kategori sekolah literasi di Kota Bandung pada tahun 2019. Sekaligus Mr. Bams mendapatkan penghargaan sebagai penggiat literasi di Kota Bandung langsung dari Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung.

Mari sobat blogger yang mendedikasikan diri sebagai seorang guru juga ikut menggalakkan kegiatan literasi sekolah. Agar setiap guru bisa menjadi pejuang literasi disekolah tempat mengabdi. Mr. Bams berharap para guru tidak hanya hebat karena menulis untuk diri sendiri, akan tetapi bisa berkontribusi di sekolah dan di masyarakat.

Komentar

  1. Selalu terdepan, tulisannya enak di baca

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah selamat Nda...selesai sudah tugas. Siip resumenya ..semoga sukses ke depannya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Pengetahuan dan Pengalaman Baru dari Perjalanan Pendidikan Nasional

Motivasi Menulis Dan Menerbitkan Dan Menerbitkan Buku

PERJALANAN PENDIDIKAN NASIONAL